Tentang NFT & Bagaimana Kita Memberi Value Pada Sesuatu

Miss Thing, dibuat oleh rhesibaskoro. di listing di opensea.


Sebenarnya saya ingin sekali membahas soal ini, terlebih lagi semenjak fenomena Ghozali Ghozalu yang menjual foto selfie-nya ke OpenSea dan mendapatkan pundi-pundi milyaran. Sebenarnya, fenomena apa yang terjadi? Kok bisa foto selfie doang bisa laku sampai milyaran?


Ikhtisar

Saya dan teman sekolah sempat mengobrol terkait perkembangan kripto. Perlu diketahui bahwa teman saya tergolong sangat awam. Jadi kami mengobrol ngalor-ngidul mulai dari sejarah uang, kelemahannya, alternatif penggantinya dan penantang baru untuk mengganti itu semua. Sampailah kami pada suatu topik terkait blockchain dan nft (menyambung ke tema Ghozali). Intinya teman saya terheran-heran bagaimana bisa foto Ghozali yang nampak biasa saja bisa laku dijual, dia juga heran kenapa orang-orang mau invest pada teknologi kripto yang menurut dia jelas-jelas tidak ada wujudnya.


Wujud Fisik dan Value

"Kalau kita beli televisi, jelas bos, kita bisa pegang dan dapat hiburan darinya. Kalau kita beli sepeda, jelas juga kegunaannya. Nah, kalau invest di kripto kita kan gak dapat apa-apa. Tidak ada yang bisa kita pegang, tidak ada yang bisa kita rasakan, artinya nggak ada value", kurang lebih seperti itu yang teman saya katakan.

Menurut pandangan saya sendiri, terkait wujud/fisik memang tidak ada, namun perwujudannya dalam bentuk software/platform yang bisa diakses dari perangkat seperti telepon, komputer, server, mungkin juga beberapa perangkat lain seperti kartu. Oh iya, saya ini lebih condong masuk ke madzhab ethereum daripada bitcoin, ya. Jadi contohnya, saya invest di ETH dengan nominal sekian karena saya percaya bahwa ETH sebagai penyedia/enabler/platform untuk layanan seperti decentralized finance, pasar NFT dan lain sebagainya.

Bedanya adalah, jika kita invest di salah satu perusahaan katakanlah Unilever, produk-produk yang Unilever buat itu ada wujudnya dan ada kegunaannya. Contoh lebih spesifik, misalnya produk shampoo, manfaatnya membuat kulit kepala bersih dan segar. Atau contoh yang lain jika kita invest di perusahaan seperti Samsung, Polytron untuk produk-produk mereka seperti telepon pintar dan televisi, maka value yang kita dapatkan adalah rasa senang/bahagia bisa mendapat hiburan dari televisi/smartphone (tentu masih banyak kegunaan lainnya).

Kembali lagi jika kita invest ke kripto (ETH dalam contoh ini), ETH bisa berperan sebagai platform/enabler untuk hal-hal lain seperti pasar NFT, finance, dan game. Wujudnya berupa software dan value nya ya rasa senang atau kegunaan yang dilahirkan dari penerapan ETH. Misalnya anda seorang artist/3d desainer, anda bisa memasarkan karya anda di OpenSea (tentu anda mendapatkan value dari turunan blockchain ini), atau jika anda suka main game, anda bisa mendapatkan rasa senang seperti halnya anda menonton televisi. Atau jika anda hobi berbelanja, anda bisa memanfaatkan penerapan blockchain ini untuk transaksi anda sehari-hari (value nya sama seperti anda invest di saham BBCA, bukan?).

Value adalah tujuan akhir. Televisi membuat anda terhibur, begitunya juga dengan decentralized game. Mobile Banking membuat pekerjaan sehari-hari anda lebih mudah, begitu juga dengan decentralized finance. Cara yang berbeda dengan value yang sama.


Mengapa Bisa Sampai Milyaran?

Lalu kalau memang penerapan blockchain memiliki value, kenapa bisa ada orang yang mau membayar ratusan juta hanya untuk sebuah foto selfie. Jawabannya ya kembali lagi: bagaimana cara kita memberi value pada sesuatu. Yang uniknya, pemberian value itu sendiri bersifat arbitrer (suka-suka), tidak ada aturan tertentu, semua tergantung pada kepercayaan masing-masing orang.

Kalau anda membaca buku Sapiens, di situ ada bab yang berjudul "Aroma Uang". Coba ambil dompet anda sekarang, ambil selembar uang darinya. Lalu pegang dengan kedua tangan dan perhatikan baik-baik uang tersebut. Kalau dipikir-pikir lagi, uang yang anda pegang hanya selembar kertas yang memiliki gambar dan motif tertentu yang dikeluarkan oleh sebuah negara. Ya, sejatinya hanyalah kertas biasa, bukan? Lalu kenapa uang tersebut bisa bernilai? Jawabannya karena tiap-tiap orang percaya bahwa uang tersebut memiliki value. Coba bayangkan misalnya dalam satu malam, tiba-tiba seluruh orang di negeri ini tidak percaya uang kertas yang anda pegang, value nya jadi nol bukan?

Fenomena selfie Ghozali ini kalau yang saya tangkap adalah seperti ini: Dulu di dunia NFT ada salah creator/artist bernama Beeple yang membuat desain setiap hari selama beberapa tahun, lalu tiap-tiap karyanya dijadikan dalam satu kolase, berjudul Everydays: The First 5000 days. Ghozali sebenarnya mocking Beeple. Ghozali membuat foto selfie dirinya dengan judul Ghozali Everyday dengan makna yang total terbalik dengan Beeple. Beeple karya serius, Ghozali hanya untuk lucu-lucuan.

Nah, orang-orang yang tahu tentang Beeple ini (dalam kasus ini adalah komplotannya Chef Arnold) menganggap yang dilakukan oleh Ghozali ini lucu, jokes internal mereka sebenarnya. Value hanya tumbuh di internal mereka saja awalnya dan mereka membeli karya Ghozali pun hanya untuk lucu-lucuan dan unik saja. Lambat laun, yang tadinya jokes/value untuk internal komunitas mereka, akhirnya keluar dan makin meluas. Lama kelamaan, semakin banyak orang yang 'mengamini' bahwa foto Ghozali lucu dan menumbuhkan value di hati mereka (tentu saja ada yang tidak kena, saya misalnya), orang-orang di luar komunitas ini akhirnya rela membeli karena mereka percaya foto selfie Ghozali memilki value.

Salah satu bintang tamu yang diundang ke acara Talkpod memberitahukan harga photocard yang dia miliki


Jika anda melihat video di atas, akan tercermin persis bagaimana value itu sifatnya arbitrer dan melekat pada seseorang. Surya Insomnia dan Indra Jegel nampak heran dengan photo card yang begitu mahal, sedangkan mungkin bagi si bintang tamu itu hal yang lumrah. Artinya, photo card memberi value kepada si bintang tamu, entah perasaan terhibur, bangga, senang dan lain sebagainya.

Oke mungkin agak membingungkan, contoh lain (asumsi). Misalnya anda memiliki 10 orang teman, sedang makan bersama, lalu teman anda minta difoto dengan pose seperti Adolf Hitler, nah teman anda yang foto ini misalnya orang Yahudi tulen. Anda dan teman-teman anda menganggap foto ini lucu dan hanya sebatas jokes internal, lalu anda memutuskan untuk mencetak foto tersebut dan memajangnya di ruang tamu anda. Kemudian teman anda yang lain pun datang (orang lain yang tidak ikut dalam acara makan-makan tadi), dia pun bertanya "Foto apaan, nih? Aneh banget dah lu pajang beginian di ruang tamu". Lalu anda pun menjelaskan kronologi foto tersebut, tak disangka, teman anda pun tertawa terbahak-bahak, karena dia (misalnya memang kelebihan duit, wkwk) kaya mampus, dia pun bilang "Ini foto gue beli dah yah, buat gue aja". Itu dia, teman anda percaya bahwa foto aneh tersebut memiliki value. Hanya saja, skala Ghozali jauh lebih masif.

Intinya, NFT ini sebenarnya sangat bergantung pada komunitasnya. Karena komunitas inilah yang perlahan-lahan akan membangun value tersebut. Jika anda seorang musisi, maka fans-fans anda itulah komunitas anda, anda bisa memasarkan musik anda sebagai NFT dan fans anda pun rela membelinya. Jika anda seorang artist namun katakanlah bergerak secara individu dan dibalik bayangan, yang tidak ada orang yang tau siapa anda sebenarnya, akan sangat sulit untuk menumbuhkan value di hati orang banyak hanya dengan alasan "art-nya bagus" (sebenarnya bisa, cuma memang menurut saya arusnya tidak akan secepat komunitas). 


Copying Ghozali

Akan sangat sulit sekali untuk meniru kesuksesan Ghozali, karena penilaian orang pasti akan berbeda karena dulu Ghozali berperan sebagai jangkar (anda bisa membaca buku Daniel Kahneman: Thinking Fast and Slow atau Predictably Irrational-nya Dan Ariely). Jika ada orang yang meniru Ghozali dengan mengupload foto selfienya, penilaian orang tentu akan "Ah ini mah udah pernah, ikut-ikutan doang". Magicnya sudah hilang.


NFT Untuk Para Creator Digital

Menurut saya, NFT sangatlah bagus untuk para kreator digital. Sebagai contoh, misalkan anda seorang pelukis dan membuat karya yang sangat bagus, lalu saya sebagai kolektor ingin memiliki karya anda, apa yang harus dilakukan? Ya tentu saya membeli karya anda, dan lukisan fisik anda diberikan ke saya.

Bagaimana dengan karya digital? Misalkan anda membuat karya digital yang sangat bagus (baik audio ataupun visual), lalu saya adalah seorang kolektor yang berminat untuk memiliki karya anda, apa yang harus saya lakukan? Mengcopy filenya? Apakah dengan mengcopy file nya sudah otomatis berpindah kepemilikan? Tentu saja tidak, bukan. Smart Contract yang ada di dalam NFT ini menyelesaikan masalah itu. Anda bisa membeli karya tersebut di pasar NFT misalnya, dan otomatis sertifikat digital di dalam blockchain yang melekat pada karya tersebut akan tertulis bahwa "Karya ini adalah milik Anda". Memang betul bahwa orang lain yang tidak membeli pun masih bisa mengunduh gambar yang anda beli, mencetaknya sendiri dan memajangnya di ruang tamu mereka, namun tetap sertifikat kepemilikan adalah milik anda. Sisanya adalah, menunggu orang-orang di dunia untuk mengacu kepemilikan pada sertifikatnya, bukan pada itemnya. Mungkin butuh waktu sedikit lebih lama untuk mengubah paradigma ini.



Penutup

Ya intinya adalah, cara kita memberi sebuah value pada sesuatu mulai berubah, setidaknya untuk sebagian orang. Saya sendiri sih masih tidak mau ya untuk membeli karya digital sampai ratusan juta hanya untuk sertifikat kepemilikannya. Saat boomingnya Ghozali pun sebenarnya saya gak kena juga (maksudnya adalah, saya masih tidak menganggap foto Ghozali memiliki value yang sebesar itu). Semua yang ada di tulisan ini adalah pendapat pribadi saya, tidak ada niatan menyinggung siapapun.

Post a Comment

0 Comments