Linux: Pembajakan Adalah Soal Mindset, Bukan Soal Sistem Operasi Apa Yang Digunakan

Gambar diambil dari yudhaps.home.blog



 Saya menulis artikel ini sembari mendengarkan salah satu video di youtube yang menjelaskan tentang linux dan software bajakan, yang menurut saya pribadi sudah tidak relevan, setidaknya sejak beberapa tahun ini. Dalam video tersebut, si pembuat dengan penuh semangat empat lima menjelaskan fakta-fakta linux dan kelebihannya dibandingkan sistem operasi lain (terutama windows). Tak lupa pula, di pembuat video melakukan research kecil-kecilan dengan cara mencari di google dengan keyword software bajakan di indonesia yang kemudian berakhir di salah satu link berita yang menunjukkan delapan puluh empat persen software di indonesia adalah bajakan.


Komunitas Linux

Saya sendiri aktif di komunitas penggemar linux dan programming yang ada di tegal. namanya plugin. Plugin sendiri memiliki misi yang salah satunya:

"...mengenalkan open source kepada mahasiswa dan masyarakat umum dengan berbagai kegiatan yang nantinya bisa membuka wawasan serta mindset open source guna untuk mengurangi angka pembajakan Software di Indonesia"

Ada frasa "mengurangi angka pembajakan" di situ, yang sebenarnya saya tidak terlalu setuju. Saya beberapa kali terlibat diskusi dengan pendiri komunitas ini yang merupakan kawan saya sendiri. Biasa, obrolan lelaki menjelang tengah malam, haha. Dia berpendapat bahwa kebanyakan mahasiswa atau orang yang menggunakan komputer tidak terlalu intens biasanya tidak menggunakan software asli, entah karena belum mampu ataupun merasa kebutuhan di komputernya tidak terlalu genting. Jadi mereka memilih software bajakan sebagai solusi cepat dan murah. Hal itulah yang menjadi misi utama plugin untuk mengurangi pembajakan dengan pemakaian program-program opensource.

Kalau soal itu, saya setuju. Tapi menurut saya ada sedikit missing link di tengah-tengahnya.


Windows.

Sistem operasi windows memang berbayar, tapi akhir-akhir ini hampir semua laptop yang ada di pasaran selalu menanamkan Windows 10 built in, bahkan banyak juga yang membundle-nya dengan Office OHS. Saya hampir tidak pernah melihat laptop windows dengan FreeDOS akhir-akhir ini. 

Saya juga melihat bahwa model bisnis Microsoft dalam penjualan Windows sudah mulai berganti (ini menurut pandangan saya sendiri), mereka sudah tidak ngoyo untuk menjual lisensi Windows per-satuan, mereka terlihat lebih niat untuk berusaha menanamkan sistem operasi Windows langsung via pabrikan pembuat laptop. Jadi, kasarnya, dari yang saya lihat, mereka lebih berbisnis dengan para vendor-vendor pembuat laptop. Tentu saja penjualan lisensi Windows seperti biasa itu masih cukup banyak. Ditambah lagi, Microsoft selalu memberikan free upgrade dari versi Windows sebelumnya.


Anda Masih Bisa Pakai Bajakan, Di Linux Sekalipun!

Soal pembajakan adalah soal mindset, bukan soal sistem operasi apa yang dipakai. Anda bisa saja menggunakan sistem operasi Windows dan semua software milik anda adalah asli. Anda juga bisa menggunakan Linux Mint sebagai sistem operasi utama, tapi juga menggunakan program-program bajakan (mis: Jetbrains bajakan, dan lain sebagainya).

Tak usah jauh-jauh, saya sendiri pernah memakai software bajakan di Ubuntu 18.04 saya, waktu itu saya menggunakan PyCharm versi Pro hasil pak tani dengan mengikuti cara nge-crack nya di internet. Alasan saat itu adalah, saya sedikit kesulitan menulis kode python di IDE lain, terutama auto importnya, tapi setelah saya tidak menulis kode python lagi, saya hapus (sekarang saya membiasakan diri menulis di vscode, apapun kesulitannya)


Membayar Tak Berarti Buruk

Ini mungkin lebih terbatas dengan pergaulan saya saja, tapi yang saya lihat, user-user linux ini seringkali mencemooh dengan "mending pake ini, gratis, tinggal pake", atau seperti "gitu aja kok mau bayar, mending..." yah kurang lebih seperti itu. Orang-orang toxic seperti ini menurut saya aneh, saya tidak tau apakah mereka pernah beli software original atau tidak tapi yang jelas, itu bertentangan dengan prinsip anti piracy nya mereka sendiri.

Kalau hendak mendukung developer, ya bayar, bukan? Orang lain membayar untuk software tertentu artinya dia menghargai (selain butuh softwarenya), juga dia memerangi anti pembajakan. Orang-orang yang mencemooh orang lain membayar demi sebuah software ini biasanya bisa anda temukan di forum-forum.


Linux Bebas Virus!

Ya dan tidak. Saya ambil definisi virus komputer dari wikipedia:

"Virus komputer merupakan program komputer yang dapat menggandakan atau menyalin dirinya sendiri[1] dan menyebar dengan cara menyisipkan salinan dirinya ke dalam program atau dokumen lain."

Initinya, virus adalah sebuah program jahat yang dapat menggandakan dirinya sendiri dan menyisipkan salinan dirinya ke program lain. 

Saya seorang programmer, yang namanya program, akan tetap bisa dieksekusi di manapun patform ia ditujukan. Lalu kenapa tidak ada gembar-gembor yang hebat soal virus di linux? Menurut saya pribadi karena sebaran linux di komputer personal (bukan server) sangatlah sedikit. Marketshare pengguna linux dalam perangkat desktop (ingat, server tidak dihitung) hanya 2.68%. Jika semua komputer desktop linux terkena virus pun ya jumlahnya hanya segitu.

Pembuat virus juga cerdas, untuk apa menyerang sebuah sistem operasi yang marketsharenya di bawah tiga persen, dan juga mungkin sebagian besar penggunanya adalah power user (singkatnya: orang yang melek teknologi). Tentu, si pembuat virus akan membuat program jahat dengan target yang besar dan banyak pengguna awamnya. MacOS sendiri cukup bagus dalam tingkat keamanan dan AppStore nya sudah sangat lengkap, berbeda dengan Windows yang terfragmentasi, Microsoft Storenya pun ampas, banyak juga program yang berbasis System32 yang biasa dipakai di kantor-kantor pemerintah, pengguna pribadi dan lain sebagainya, sehingga ini menjadikan Windows sebagai sasaran empuk.

Intinya, paradigma linux bebas virus perlu direnungi lagi. 


Aplikasi OpenSource Juga Ada Di Windows!

Saya penggemar berat Internet Download Manager, saat masih menggunakan Windows untuk sehari-hari, saya menggunakan IDM versi pak tani (bajakan). Suatu hari, saya mencoba untuk full (meski tidak seratus persen karena untuk office things, saya masih pakai Windows) di Ubuntu.

Saya mencari-cari alternatif IDM yang bisa digunakan di Ubuntu, lalu ketemulah Xtreme Download Manager di github. Saya pasang dan benar-benar puas. Kemudian saya membeli laptop baru yang sudah terpasang Windows 10 + Office OHS 2019 original. Saya butuh sebuah download manager yang bagus, lalu apa yang saya lakukan? Alih-alih mendownload IDM versi bajakan, saya memilih kembali ke halaman github Xtreme Download Manager dan menginstallnya di Windows saya.

Selain XDM, saya amat yakin sebagian besar open source software yang berjalan di linux, biasanya juga bisa berjalan di Windows. Sebut saja, XDM, WPS Office, GIMP, KdenLive, LibreOffice, DavinciResolve, blender, dan lain sebagainya.

Saya menulis ini karena gatal sekali melihat beberapa video di youtube yang menginstall software open source tapi harus menginstall linux dulu, narasi yang mereka gunakan pun seolah-olah software tersebut hanya ekslusif di linux saja.


Penutup

 Mungkin ada beberapa orang yang bakal marah membaca artikel ini, saya tahu betul bahwa user linux banyak yang militan, tapi saya cuma mau mengatakan bahwa saya juga pengguna linux sejak tahun 2020 awal. Meski tergolong baru, tapi saya nyaris tidak pernah boot ke windows selain office dan gaming. Urusan kerja, penggunaan sehari-hari tetap saya lakukan di linux (sebenernya ngeles aja biar gak diserang). 


Komputer utama saya, menggunakan Pop OS 20.04 LTS

Saya menulis ini sebagai pendapat pribadi saja, juga sebagai penyalur rasa kesal saya kepada orang-orang yang begitu mendewakan sesuatu. Semua yang saya tulis di blog ini adalah pendapat pribadi saya sendiri.

Post a Comment

0 Comments